Senin, 05 November 2012

ATPL


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Bimbingan konseling adalah proses pemberian bantuan oleh individu yang berwewenang kepada individu atau kelompok yang mempunyai masalah agar supaya individu atau kelompok tersebut mencapai kebahagiaan atau kesejahteraan hidup. Bimbingan konseling sebagai ilmu pengetahuan harus memenuhi syarat antara lain: memiliki objek, sistematika, metode dan memiliki evidensi empiris. Berdasarkan hal tesebut di atas metode merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam bimbingan konseling.
Metode-metode tersebut dapat kita bedakan menjadi:
1.      Metode bimbingan konseling dalam perkembangannya sebagai ilmu, yang meliputi metode penentuan subyek, metode pengumpulan data dan metode analisa data.

Metode penentuan subyek meliputi: metode populasi dan metode sampel (random sampling, non random sampling dan campuran).
Metode pengumpulan data meliputi: metode wawancara, metode observasi, metode angket, otobografi, anekdotal, metode dokumentasi dan test.
Metode analisa data meliputi: metode analisa filosofis, metode statistik dan metode analisa sosiometri.
2.      Metode operasional
Dalam pelaksanaannya bimbingan konseling menggunakan teknik, antara lain penyelenggaraan: kartu pribadi, kotak masalah, papan bimbingan, bimbingan konseling (bimbingan karir, belajar, sosial, pribadi) operasi tertib remaja dan penyelidikan prestasi belajar.
Adapun teknik membimbingnya dapat menggunakan teknik individual (konseling) yang meliputi direktif konseling dan efektif konseling dan teknik kelompok antara lain: ceramah, diskusi, karya wisata, sosiodrama, psikodrama dan sebagainya.


B.     LANGKAH-LANGKAH
langkah-langkah memberikan bantuan kepada seorang klien dalam memecahkan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Langkah Identifikasi Kasus
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak.
2.      Langkah Diagnosa
Yaitu langkah yang menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar belakangnya.
3.      Langkah Prognosa
Yaitu langkah yang menetapkan jenis bantuan atau terapi apa yang akan dilaksanakan dalam membimbing klien.

4.      Langkah Terapi
Yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa.
5.      Langkah Evaluasi dan Follow-up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah langkah terapi yang telah dilakukan mencapai hasilnya.








BAB II
LAPORAN KASUS
1.      Identifikasi Kasus
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak. Kami memilih kasus yang dialami seorang siswa yang suka membolos, karena kasus ini sering terjadi dikalangan pelajar saat ini.
2.      Diagnosa
Yaitu langkah yang menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar belakangnya.
·         Sebab internal
Sebab internal adalah sebab prilaku individu yang timbulnya dari dalam kondisi dalam anak itu sendiri. Ini di sebabkan beberapa faktor.
a.       Kelainan fisik
Anak-anak menderita kelainan fisik akan merasa tertolak untuk hadir di tengah-tengah temenya yang normal. Maka demi masa depanya diselenggarakan pendidikan khusus bagi mereka.
b.      Kelainan Psikis
Kelainan psikis adalah kelainan yang terjadi pada kemampuan berfikir (kecerdasan) seorang individu. Kelainan ini baik secara inferior maupun superior bila anak yang taraf kecerdasanya inferior akan sangat tersiksa bila dikumpulkan dalam kelas pada umumnya. Dan anak yang mempunyai tingkat kecerdasan superior dalam arti memiliki kecerdasan yang sangat cerdas sekali. Mereka ini akan merasa tertekan bila harus dicampurkan dengan anak-anak pada umumnya. Alternatif terbaik bag mereka yaitu dengan mengumpulkan mereka sesuai dengan kecerdasanya masing-masing.
·         Sebab eksternal
Sebab eksternal adalah sebab-sebab yang timbul dari luar diri seseorang. Sebab eksternal ini berpangkal dari keluarga, pergaulan, salah satu atau pengalaman hidup yang tak menyenangkan. 
a.       Keluarga
Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama kali di kenal oleh anak. Anak mulai menerima nilai-nilai baru dari dalam keluarga dan dari keluarga inilah anak mulai mensosialisasikan diri. Liengukngan keluarga diakui oleh semua ahli pendidikan maupun psikologi sebagai lingkungan yang sangat menentukan bagi perkembagan anak selanjutnya (Mustaqim,1990;140). Pola asih yang keliru dapat menjadikan sebab yang buruk terhadap perkembangan anak. Untuk menjadi dewasa anak telah memiliki kebiasaan yang didapat dari orang tua yang dirasa benar. Padahal itu salah.
b.      Pergaulan
Lingkungan masyarakat atau lingkungan pergaulan anak-anak yang telah dididiknya baik oleh orang tuanya anak mendapatkan kesulitan untuk menembangkan diri di tengah-tengah lingkungan yang tidak baik. Anak dididik jujur akan merasa jengkel bila teryata teman-temanya suka bohong. Anak ini dihadapkan pada dua pilihan, antara jujur dan berbohong karena sesuai dengan teman-temannya.
Lingkungan pergaulan mempunyai andil bagian yang berarti bagi perkembagan psikis anak, jika lingkungan cenderung baik maka anak cenderung baik begitu pula sebaliknya (Mustaim,1990;141).
c.       Pengalaman hidup
Pengalaman hidup mengajarkan pada masa lalu tak akan pernah hilang. Artinya bahwa segala seseuatu yang terjadi di dalam hidupnya tidak akan pernah terlupakan.                                    Anak-anak kurang mendapatkan perhatian dari gurunya senantiasa membuat keonaran untuk mendapatkan perhatian yang khusus baignya. Inilah sebab yang melatar belakangi masalah-masalah pada siswa yang menyebakan suatu perilaku yang menyimpang dimana perilaku ini termasuk pada kenakalan remaja.

3.      Langkah Prognosa
Yaitu langkah yang menetapkan jenis bantuan atau terapi apa yang akan dilaksanakan dalam membimbing klien. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebabnya, pembimbing sedikit tahu bagaimana kondisi permasalahan siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya siswa yang membolos mau menerima arahan dari pembimbing. Adapun jika siswa masih bersikap tertutup, tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membolos, maka pembimbing menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu semua informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil tindakan preventif dan pengobatan. Seperti yang telah dikemukakan di atas, pencegahan tidak harus melalui hukuman. Memberi nasehat dan arahan yang baik akan lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya. Tidak teraturnya anak masuk sekolah tidak sepenuhnya terletak pada siswa. Ada banyak sebab yang terletak di luar kekuasaan anak, atau yang kurang dikuasai anak.Jadi kegiatan membolos siswa tidak sepenuhnya kesalahan siswa. Ada faktor dari luar yang juga turut andil dalam pembolosan tersebut. Oleh karena itu, tugas BK selain memberi arahan pada siswa juga mengkondisikan lingkungan sekolahnya sebaik mungkin supaya siswa merasa betah berada di sekolah. Selain itu pembimbing juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada kesepakatan dalam usaha mengatasi masalah anak.
4.      Langkah Terapi
Yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa. Berdasarkan langkah-langkah yang telah dirumuskan dalam studi kasus,




1.      Metode
Studi kasus prilaku membolos dikalangan pelajar ini menggunakan meote reality therapy atau terapi realitas. Konsep dasarnya adalah kenyataan yang sebenarnya yang akan dihadapi tanpa memandang jauh ke masa lalu. pendekatan ini juga bisa dikatakan atau menekankan pada masa kini. Metode ini akan membimbing anak mampu menghadapi apa yang akan dihadapinya, mampu mengambil keputusan yang
tepat untuk kedepannya.                                                                            
2.      Teknik
a.       Menggunakan role playing dengan klien.                                     
b.      Menggunakan humor yang mendorong suasana yang segar dengan rilek.
c.       Tidak menjanjikan kepada klien maaf apapun, karena telah terlebih dahulu  diadakan perjanjian untuk melakukan tingkah lakut tertentu yang sesuai dengan keberadaanklien.
d.      Menolong klien utnuk merumuskan tingkah apa yang akan diperbuatnya.
e.       Membuat modal-model peranan terapis sebagai guru yang lebih bersifat mendidik.
f.       Membuat batas-batas yang tegas dari struktur dan situasi terapinya
g.      Menggunakan terapi kejutan verbal atau ejakan yang pantas untuk menkanfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tak pantas,
h.      Ikut terlibat mencari hidup yang lebih efektif, misalnya, dengan merencanakan model belajar atau sekolah yang langsung dalam kehidupan dilakukan.

3.      Sasaran
             Dalam menangani kasus ini sasaran yang utama hendak dicapai adalah subyek sendiri, jadi perlakuan yang peneliti lakukan ditujukan kepada subyek.
4.      Tujuan
a.       Menolong individu agar mampumengurus diri sendiri dengan kata lain individu dapat membuat keputusan yang tepat dari tingkah laku yang dibuatnya untuk mencapai masa datang yang lebih baik (memandirikan klien)
b.      Mendorng klien untuk bertanggung jawab serta memikul segala resiko. Tanggung jawab yang dimintakan klien sesuai dengan kemampuaan dan keinginnya
c.       Mengembangkan rencana-rencana nyata dalam mencapi tujuan, rencana herus dibuat realistik dalam arti dapat diwujutkan dalam tingkah laku yang nyata dan merupakan harapan yang dapat dicapi atas kemampuan yang dimiliki klien.
d.      Tingkah laku yang sukses yang dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses. Kesuksesan peribadi dicapi dengan nilai-nilai adanya keinginan individu, untuk mengubahnya sendiri jadi tanggungjawab.
e.       Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggungjawab atas kesadaran sendiri

5.      Langkah Evaluasi dan Follow-up
             Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah langkah terapi yang telah dilakukan mencapai hasilnya. Proses pemberian bantuan dilakukan secara kontinu dan dalam waktu yang lama.







BAB III
KESIMPULAN

           Membolos merupakan salah satu kenakalan siswa yang dalam penanganannya perlu perhatian yang serius. Memang tidak sepenuhnya kegiatan membolos dapat dihilangkan, tetapi usaha untuk meminimalisir tetap ada.                                                                            Melalui program BK, pihak sekolah berupaya mencari solusi bagi mereka yang suka membolos. Karena membolos terkait berbagai faktor, maka dalam penyelesaiannya tidaklah mudah. Oleh karena itu pihak sekolah juga mengikutsertakan orang tua.
Dengan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah (dalam hal ini BK) dan orang tua siswa, permasalah membolos siswa diharapkan dapat diselesaikan sehingga tidak menjalar kepada siswa lainnya.

Tidak ada komentar: