BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Bimbingan konseling adalah proses pemberian bantuan oleh
individu yang berwewenang kepada individu atau kelompok yang mempunyai masalah
agar supaya individu atau kelompok tersebut mencapai kebahagiaan atau
kesejahteraan hidup. Bimbingan konseling sebagai ilmu pengetahuan harus
memenuhi syarat antara lain: memiliki objek, sistematika, metode dan memiliki
evidensi empiris. Berdasarkan hal tesebut di atas metode merupakan salah satu
syarat yang harus dipenuhi dalam bimbingan konseling.
Metode-metode tersebut dapat kita bedakan menjadi:
1.
Metode bimbingan
konseling dalam perkembangannya sebagai ilmu, yang meliputi metode penentuan
subyek, metode pengumpulan data dan metode analisa data.
Metode penentuan subyek meliputi: metode populasi dan
metode sampel (random sampling, non random sampling dan campuran).
Metode pengumpulan data meliputi: metode wawancara,
metode observasi, metode angket, otobografi, anekdotal, metode dokumentasi dan
test.
Metode analisa data meliputi: metode analisa filosofis,
metode statistik dan metode analisa sosiometri.
2.
Metode operasional
Dalam pelaksanaannya bimbingan konseling menggunakan
teknik, antara lain penyelenggaraan: kartu pribadi, kotak masalah, papan
bimbingan, bimbingan konseling (bimbingan karir, belajar, sosial, pribadi)
operasi tertib remaja dan penyelidikan prestasi belajar.
Adapun teknik membimbingnya dapat menggunakan teknik
individual (konseling) yang meliputi direktif konseling dan efektif konseling
dan teknik kelompok antara lain: ceramah, diskusi, karya wisata, sosiodrama,
psikodrama dan sebagainya.
B.
LANGKAH-LANGKAH
langkah-langkah
memberikan bantuan kepada seorang klien dalam memecahkan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1.
Langkah
Identifikasi Kasus
Langkah
ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak.
2.
Langkah Diagnosa
Yaitu
langkah yang menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar belakangnya.
3.
Langkah Prognosa
Yaitu
langkah yang menetapkan jenis bantuan atau terapi apa yang akan dilaksanakan
dalam membimbing klien.
4.
Langkah Terapi
Yaitu
langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan
apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa.
5.
Langkah Evaluasi
dan Follow-up
Langkah ini
dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah langkah terapi yang
telah dilakukan mencapai hasilnya.
BAB II
LAPORAN KASUS
1.
Identifikasi Kasus
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta
gejala-gejala yang nampak. Kami memilih kasus yang dialami seorang siswa yang
suka membolos, karena kasus ini sering terjadi dikalangan pelajar saat ini.
2.
Diagnosa
Yaitu langkah yang menetapkan masalah yang dihadapi kasus
beserta latar belakangnya.
·
Sebab internal
Sebab internal adalah sebab prilaku individu yang timbulnya dari dalam kondisi dalam anak itu sendiri. Ini di sebabkan beberapa faktor.
Sebab internal adalah sebab prilaku individu yang timbulnya dari dalam kondisi dalam anak itu sendiri. Ini di sebabkan beberapa faktor.
a.
Kelainan fisik
Anak-anak
menderita kelainan fisik akan merasa tertolak untuk hadir di tengah-tengah
temenya yang normal. Maka demi masa depanya diselenggarakan pendidikan khusus
bagi mereka.
b.
Kelainan Psikis
Kelainan psikis
adalah kelainan yang terjadi pada kemampuan berfikir (kecerdasan) seorang
individu. Kelainan ini baik secara inferior maupun superior bila anak yang
taraf kecerdasanya inferior akan sangat tersiksa bila dikumpulkan dalam kelas
pada umumnya. Dan anak yang mempunyai tingkat kecerdasan superior dalam arti
memiliki kecerdasan yang sangat cerdas sekali. Mereka ini akan merasa tertekan
bila harus dicampurkan dengan anak-anak pada umumnya. Alternatif terbaik bag
mereka yaitu dengan mengumpulkan mereka sesuai dengan kecerdasanya
masing-masing.
·
Sebab eksternal
Sebab eksternal
adalah sebab-sebab yang timbul dari luar diri seseorang. Sebab eksternal ini
berpangkal dari keluarga, pergaulan, salah satu atau pengalaman hidup yang tak menyenangkan.
a.
Keluarga
Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama kali di kenal oleh anak. Anak mulai menerima nilai-nilai baru dari dalam keluarga dan dari keluarga inilah anak mulai mensosialisasikan diri. Liengukngan keluarga diakui oleh semua ahli pendidikan maupun psikologi sebagai lingkungan yang sangat menentukan bagi perkembagan anak selanjutnya (Mustaqim,1990;140). Pola asih yang keliru dapat menjadikan sebab yang buruk terhadap perkembangan anak. Untuk menjadi dewasa anak telah memiliki kebiasaan yang didapat dari orang tua yang dirasa benar. Padahal itu salah.
Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama kali di kenal oleh anak. Anak mulai menerima nilai-nilai baru dari dalam keluarga dan dari keluarga inilah anak mulai mensosialisasikan diri. Liengukngan keluarga diakui oleh semua ahli pendidikan maupun psikologi sebagai lingkungan yang sangat menentukan bagi perkembagan anak selanjutnya (Mustaqim,1990;140). Pola asih yang keliru dapat menjadikan sebab yang buruk terhadap perkembangan anak. Untuk menjadi dewasa anak telah memiliki kebiasaan yang didapat dari orang tua yang dirasa benar. Padahal itu salah.
b.
Pergaulan
Lingkungan masyarakat atau lingkungan pergaulan anak-anak yang telah dididiknya baik oleh orang tuanya anak mendapatkan kesulitan untuk menembangkan diri di tengah-tengah lingkungan yang tidak baik. Anak dididik jujur akan merasa jengkel bila teryata teman-temanya suka bohong. Anak ini dihadapkan pada dua pilihan, antara jujur dan berbohong karena sesuai dengan teman-temannya.
Lingkungan pergaulan mempunyai andil bagian yang berarti bagi perkembagan psikis anak, jika lingkungan cenderung baik maka anak cenderung baik begitu pula sebaliknya (Mustaim,1990;141).
Lingkungan masyarakat atau lingkungan pergaulan anak-anak yang telah dididiknya baik oleh orang tuanya anak mendapatkan kesulitan untuk menembangkan diri di tengah-tengah lingkungan yang tidak baik. Anak dididik jujur akan merasa jengkel bila teryata teman-temanya suka bohong. Anak ini dihadapkan pada dua pilihan, antara jujur dan berbohong karena sesuai dengan teman-temannya.
Lingkungan pergaulan mempunyai andil bagian yang berarti bagi perkembagan psikis anak, jika lingkungan cenderung baik maka anak cenderung baik begitu pula sebaliknya (Mustaim,1990;141).
c.
Pengalaman hidup
Pengalaman hidup
mengajarkan pada masa lalu tak akan pernah hilang. Artinya bahwa segala
seseuatu yang terjadi di dalam hidupnya tidak akan pernah terlupakan. Anak-anak kurang
mendapatkan perhatian dari gurunya senantiasa membuat keonaran untuk
mendapatkan perhatian yang khusus baignya. Inilah sebab yang melatar belakangi
masalah-masalah pada siswa yang menyebakan suatu perilaku yang menyimpang
dimana perilaku
ini termasuk pada kenakalan remaja.
3.
Langkah Prognosa
Yaitu langkah yang menetapkan jenis bantuan atau terapi
apa yang akan dilaksanakan dalam membimbing klien. Dengan
mengetahui faktor-faktor penyebabnya, pembimbing sedikit tahu bagaimana kondisi
permasalahan siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya siswa
yang membolos mau menerima arahan dari pembimbing. Adapun jika siswa masih
bersikap tertutup, tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membolos,
maka pembimbing menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya.
Begitu semua informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung
mengambil tindakan preventif dan pengobatan. Seperti yang telah dikemukakan di
atas, pencegahan tidak harus melalui hukuman. Memberi nasehat dan arahan yang
baik akan lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya. Tidak teraturnya anak masuk sekolah tidak sepenuhnya
terletak pada siswa. Ada banyak sebab yang terletak di luar kekuasaan anak,
atau yang kurang dikuasai anak.Jadi kegiatan membolos siswa tidak sepenuhnya
kesalahan siswa. Ada faktor dari luar yang juga turut andil dalam pembolosan
tersebut. Oleh karena itu, tugas BK selain memberi arahan pada siswa juga
mengkondisikan lingkungan sekolahnya sebaik mungkin supaya siswa merasa betah
berada di sekolah. Selain itu pembimbing juga selalu menjalin komunikasi dengan
keluarga siswa ada kesepakatan dalam usaha mengatasi masalah anak.
4.
Langkah Terapi
Yaitu langkah
pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan apa yang
ditetapkan dalam langkah prognosa. Berdasarkan langkah-langkah yang telah
dirumuskan dalam studi kasus,
1.
Metode
Studi kasus prilaku membolos dikalangan pelajar ini menggunakan meote reality therapy atau terapi realitas. Konsep dasarnya adalah kenyataan yang sebenarnya yang akan dihadapi tanpa memandang jauh ke masa lalu. pendekatan ini juga bisa dikatakan atau menekankan pada masa kini. Metode ini akan membimbing anak mampu menghadapi apa yang akan dihadapinya, mampu mengambil keputusan yang tepat untuk kedepannya.
Studi kasus prilaku membolos dikalangan pelajar ini menggunakan meote reality therapy atau terapi realitas. Konsep dasarnya adalah kenyataan yang sebenarnya yang akan dihadapi tanpa memandang jauh ke masa lalu. pendekatan ini juga bisa dikatakan atau menekankan pada masa kini. Metode ini akan membimbing anak mampu menghadapi apa yang akan dihadapinya, mampu mengambil keputusan yang tepat untuk kedepannya.
2.
Teknik
a.
Menggunakan role
playing dengan klien.
b.
Menggunakan humor yang
mendorong suasana yang segar dengan rilek.
c.
Tidak menjanjikan
kepada klien maaf apapun, karena telah terlebih dahulu diadakan
perjanjian untuk melakukan tingkah lakut tertentu yang sesuai dengan keberadaanklien.
d.
Menolong klien utnuk
merumuskan tingkah apa yang akan diperbuatnya.
e.
Membuat modal-model
peranan terapis sebagai guru yang lebih bersifat mendidik.
f.
Membuat batas-batas
yang tegas dari struktur dan situasi terapinya
g.
Menggunakan terapi
kejutan verbal atau ejakan yang pantas untuk menkanfrontasikan klien dengan
tingkah lakunya yang tak pantas,
h.
Ikut terlibat mencari
hidup yang lebih efektif, misalnya, dengan merencanakan model belajar atau
sekolah yang langsung dalam kehidupan dilakukan.
3.
Sasaran
Dalam menangani kasus ini sasaran yang utama hendak dicapai adalah subyek sendiri, jadi perlakuan yang peneliti lakukan ditujukan kepada subyek.
Dalam menangani kasus ini sasaran yang utama hendak dicapai adalah subyek sendiri, jadi perlakuan yang peneliti lakukan ditujukan kepada subyek.
4.
Tujuan
a.
Menolong individu agar
mampumengurus diri sendiri dengan kata lain individu dapat membuat keputusan
yang tepat dari tingkah laku yang dibuatnya untuk mencapai masa datang yang
lebih baik (memandirikan klien)
b.
Mendorng klien untuk
bertanggung jawab serta memikul segala resiko. Tanggung jawab yang dimintakan
klien sesuai dengan kemampuaan dan keinginnya
c.
Mengembangkan
rencana-rencana nyata dalam mencapi tujuan, rencana herus dibuat realistik
dalam arti dapat diwujutkan dalam tingkah laku yang nyata dan merupakan harapan
yang dapat dicapi atas kemampuan yang dimiliki klien.
d.
Tingkah laku yang
sukses yang dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses.
Kesuksesan peribadi dicapi dengan nilai-nilai adanya keinginan individu, untuk
mengubahnya sendiri jadi tanggungjawab.
e.
Terapi ditekankan pada
disiplin dan tanggungjawab atas kesadaran sendiri
5.
Langkah Evaluasi
dan Follow-up
Langkah
ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah langkah terapi
yang telah dilakukan mencapai hasilnya. Proses pemberian bantuan dilakukan
secara kontinu dan dalam waktu yang lama.
BAB III
KESIMPULAN
Membolos
merupakan salah satu kenakalan siswa yang dalam penanganannya perlu perhatian
yang serius. Memang tidak sepenuhnya kegiatan membolos dapat dihilangkan,
tetapi usaha untuk meminimalisir tetap ada. Melalui
program BK, pihak sekolah berupaya mencari solusi bagi mereka yang suka
membolos. Karena membolos terkait berbagai faktor, maka dalam penyelesaiannya
tidaklah mudah. Oleh karena itu pihak sekolah juga mengikutsertakan orang tua.
Dengan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah (dalam hal ini BK) dan orang tua siswa, permasalah membolos siswa diharapkan dapat diselesaikan sehingga tidak menjalar kepada siswa lainnya.
Dengan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah (dalam hal ini BK) dan orang tua siswa, permasalah membolos siswa diharapkan dapat diselesaikan sehingga tidak menjalar kepada siswa lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar