Senin, 03 Desember 2012

BK ABK ( anak berkebutuhan khusus )


BIMBINGAN KONSELING ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pusat dari sistem interpersonal dalam tiap kehidupan seseorang adalah keluarga. Seorang bayi belajar bagaimana hidup dan menerima kehidupan itu melalui interaksinya dalam keluarga. Interaksi seseorang di masa depan memperlihatkan intensitas ikatan emosi dan kepercayaan dasar terhadap diri dan dunia luar yang dihasilkan pada interaksi awal dalam keluarga(Framo,1976,dalamKendall,1982:517).
Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental. Faktor keluarga sangatlah penting karena merupakanlingkungan pertama bagi seorang anak, dimana keluarga memiliki peranan di dalampertumbuhandan
perkembanganpribadiseorang anak.
Di dalam keluarga seringkali terjadi permasalahan yang muncul baik dari luar mapun dari dalam
keluarga itu sendiri. Salah satu dari adanya masalah keluarga adalah anak. Banyak faktor yang
menyebabkan seorang anak menjadi masalah di dalam sebuah keluarga. Kesalahan pendidikan
dari orang tua meupun faktor lingkungan anak yang kurang kondusif dapat mengakibatkan
permasalahan di dalam keluarga. Sebuah keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khususpun
seringkali menjadi sebuah masalah dalam keluarga.
Layanan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan dalam membantu menyelesaikan
permasalahan yang timbul dalam keluarga. Dalam bimbingan keluarga mengupayakan
pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin atau anggota keluarga agar mereka
mampu menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan diri secara produktif,
dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma keliarga, serta berperan atau
berpartisipasi aktif dalam mencapai keluarga yang bahagia.

B. Batasan masalah
1. Konsep dasar mengenai bimbingan dan konseling
2. Konsep dasar mengenai perkembangan keluarga
3. Konsep dasa dan pendekatan mengenai konseling keluarga
C. Tujuan Pembuatan Makalah
1. Mengetahui konsep dasar bimbingan dan konseling
2. Mengetahui konsep dasar tentang konseling keluarga, tujuan serta prinsip konseling keluarga.
3. Mengetahui konsep dasar tentang perkembangan keluarga
4. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konseling Anak Berkebutuhan Khusus
D. Sistematika Pembuatan Makalah
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
A. Konsep Dasar
1. Bimbingan dan Konseling
a. Pengertian Bimbingan dan Konseling
b. Fungsi Bimbingan dan Konseling
c. Jenis-jenis Bimbingan dan Konseling
2. Perspektif Perkembangan Keluarga
a. Pengertian Keluarga
b. Perkembangan Keluarga
c. Keluarga sebagai Sistem Psikososial
B. Konseling Keluarga (Family Konseling)
1 Pengertian Konseling Keluarga
2. Tujuan dan Prinsip Konseling Keluarga
3. Landasan-landasan Sejarah dan Praktik Kontemporer Konseling keluarga
a. Sejarah dan Perkembangan Konseling Keluarga
b. Pendekatan dalam Konseling keluarga
i Pendekatan Psikodinamik
i
Pendekatan Humanistik/Eksperensial
i
Pendekatan Bowen
i
Pendekatan Struktural
i
Pendekatan Strategis atau Komunikasi
i
Pendekatan Behavioral
4. Peran Intervensi pada Konseling Keluarga
5. Proses Konseling
C. Penelitian, Latihan, dan Praktik Profesional
BAB III ANALISIS MATERI
BAB IV KESIMPULAN
BAB II
A. Konsep Dasar
1. Bimbingan dan Konseling
a. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Pada dasarnya, bimbingan merupakan pembimbing untuk membantu mengoptimalkan individu.
Bimbingan merupakan suatu alat untuk mendewasakan anak.
Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara
konselor dan konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan
dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan
efektif perilakunya.
Bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada seseorang dan atau
sekelompok orang yang bertujuan agar masing-masing individu mampu mengembangkan dirinya
secara optimal, sehingga dapat mandiri dan atau mengambil keputusan secara bertanggungjawab
b. Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan bimbingan adalah agar individu dapat :
1. merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier, serta kehidupan pada masa
yang akan datang.
2. mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin.
3. menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat, serta lingkungan
kerjanya.
4. mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan
lingkungan pendidikan, masyarakat, ataupun lingkungan kerjanya.
Fungsi bimbingan yaitu sebagai berikut:
1. fungsi pengembangan, merupakan fungsi bimbingan dalam mengembangkan seluruh potensi
dan kekuatan yang dimiliki individu
2. fungsi penyaluran, merupakan fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih dan
memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-
ciri kepribadian lainnya.
3. fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan khususnya guru atau dosen,
wydiaiswara, dan wali kelas untuk mengadaptasikan program pendidikan terhadap latar belakang
pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan individu.
4. fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu menemukan
penyesuaian diri dari perkembangannya secara optimal.
Tujuan Konseling pada umumnya dan disekolah khususnya adalah sebagai berikut:
1. mengadakan perubahan perilaku pada diri individu sehingga memungkinkan hidupnya lebih
produktif dan memuaskan.
2. memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif
3. penyelesaian masalah
4. mencapai keefektifan pribadi
5. mendorong individu mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya
c. Jenis-Jenis Bimbingan
Jenis bimbingan dibagi menjadi empat bagian yaitu:
1. bimbingan akademik, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam
menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah akademik.
2. bimbingan sosial pribadi, merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam
menyelesaikan masalah-masalah sosial pribadi.
3. bimbingan karier, yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan,
mengembangkan, dan menyelesaikan masalah-masalah karier, seperti pemahaman terhadap
tugas-tugas kerja.
4. bimbingan keluarga, merupakan upaya pemberian bantuan kepada para individu sebagai
pemimpin atau anggota keluarga agar mereka mapu menciptakan keluarga yang utuh dan
harmonis, memberdaya diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan
norma keluarga, serta berperan serta berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga
yang bahagia.
2. Perspektif Perkembangan Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan satuan terkecil dari masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Secara
lebih luas (Sayekti Puja Suwarno 1994 : 2) bahwa keluarga merupakan suatu ikatan dasar atas
dasar perkawinan antara dua orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama antara
seorang laki-laki dengan perempuan yang sudah mempunyai anak atau tanpa anak baik anaknya
sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Disamping itu Emil Salim 1983 menyatakan bahwa keluarga merupakan bagian terkecil dari
susunan masyarakat yang akan menjadi dasar dalam mewujudkan suatu negara.
Menurut pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam
tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga
terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri (Soelaeman
1994 : 5-10).
Sedangkan dalam pengertian Pedadogis keluarga adalah ³satu´ persekutuan hidup yang dijalin
oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang kukuhkan dengan pernikahan, yang
bermaksud untuk saling menyempurnakan diri itu terkandung perealisasian peran dan fungsi
sebagai orang tua (Soelaeman 1994 : 12).
b. Kerangka Berfikir Tentang Keluarga
Keluarga merupakan sistem sosial yang alamiah, berfungsi membentuk aturan-aturan,
komunikasi, dan negosiasi diantara para anggotanya. Keluarga melakukan suatu pola interaksi
yang diulang-ulang melalui partisipasi seluruh anggotanya. Strategi-strategi konseling keluarga
terutama membantu terpeliharanya hubungan-hubungan keluarga, juga dituntut untuk
memodifikasi pola-pola transaksi dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang mengalami
perubahan.
Dalam perspektif hubungan, konselor keluarga tidak menghilangkan signifikansi proses
intrapsikis yang sifatnya individual, tetapi menempatkan perilaku individu dalam pandangan
yang lebih luas. Dengan demikian, ada perubahan paradigma dari cara-cara tradisional dalam
memahami perilaku manusia kedalam epistimologi cybernetic. Paradigma ini menekankan
mekanisme umpan balik beroperasi dalam menghasilkan stabilitas serta perubahan. Kausalitas
sirkuler terjadi didalam keluarga. Konselor keluarga lebih memfokuskan pemahaman proses
keluarga daripada mencari penjelasan-penjelasan yang sifatnya linier. Dalam kerangka kerja
seperti ini, simptom yang ditunjukan pasien dipandang sebagai cerminan dari sistem keluarga
yang tidak seimbang
c. Perkembangan Keluarga
Satu cara untuk memahami individu-individu dan keluarga mereka, yaitu dengan cara meneliti
perkembangan mereka lewat siklus kehidupan keluarga. Berkesinambungan dan berubah
merupakan ciri dari kehidupan keluarga. Sistem keluarga itu mengalami perkembangan setiap
waktu. Perkembangan keluarga pada umumnya terjadi secara teratur dan bertahap. Apabila
terjadi kemandegan dalam keluarga, hal itu akan mengganggu sistem keluarga. Kemunculan
perilaku simptomatik pada anggota keluarga pada saat transisi dalam siklus kehidupan keluarga
menandakan keluarga itu mengalami kesulitan dalam menyesuaikan dengan perubahan.
Siklus kehidupan keluarga mengarah pada suatu pengaturan tema mengenai pandangan bahwa
keluarga itu sebagai sistem yang mengalami perubahan. Ada tugas-tugas perkembangan khusus
yang harus dipenuhi untuk setiap perkembangannya.
Dalam keluarga, laki-laki dan perempuan dibesarkan dengan perbedaan harapan peranan,
pengalaman, tujuan, dan kesempatan. Perbedaan jenis kelamin ini, kelak mempengaruhi interaksi
suami istri. Banyaknya perempuan yang memasuki dunia kerja akhir-akhir ini mempengaruhi
juga tradisi peran laki-laki dan perempuan mengenai tanggung jawab rumah tangga dan kerja di
luar rumah.
Kesukuan dan pertimbangan sosio-ekonomi juga mempengaruhi gaya hidup keluarga. Terlebih
dahulu, hal yang harus diperhatikan adalah membantu menentukan bagaimana keluarga itu
membentuk nila-nilai, menentukan pola-pola perilaku, dan menentukan cara-cara
mengekspresikan emosi, serta menentukan bagaimana mereka berkembang melalui siklus
kehidupan keluarga. Hidup dalam kemiskinan dapat mengikis struktur keluarga dan menciptakan
keluarga yang tidak terorganisasi. Dalam keluarga miskin, perkembangan siklus kehidupan
sering dipercepat oleh kehamilan dini dan banyaknya ibu-ibu yang tidak menikah. Tidak adanya
ayah dirumah memungkinkan nenek, ibu dan anak perempuan itu lebih saling berhubungan.
d. Keluarga Sebagai Sisten Psikososial
Teori sistem umum memberikan dasar teoritis pada teori dan praktik konseling keluarga.
Konsep-konsep menegnai organisasi dan keutuhan menekankan secara khusus, bahwa sistem itu
beroperasi secara utuh terorganisasi. Sistem tidak dapat dipahami secara tepat jika dibagi
kedalam beberapa komponen.
Keluarga mencerminkan sistem hubungan yang komplit, terjadi kausalitas sikuler dan
multidimensi. Peran-peran keluarga sebagian besar tidak statis, perlu dipahami oleh anggota
keluarga untuk membantu memantapkan dan mengatur fungsi keluarga. Keseimbangan dicapai
dalam keluarga melalui proses interaksi yang dinamis. Hal ini membantu memulihkan stabilitas
yang sewaktu-waktu terancam, yaitu dengan pengaktifan aturan yang menjelaskan hubungan-
hubungan. Pada saat perubahan keluarga terjadi, siklus umpan balik positif dan negatif
membantu memulihkan keseimbangan.
Subsistem-subsistem dalam keluarga melakukan fungsi-fungsi keluarga secara khusus. Hal
terpenting dan berarti adalah subsistem suami istri, orang tua, dan saudara kandung. Batas-batas
sistem membantu memisahkan sitem-sistem, sebaik memisahkan subsistem-subsitem di dalam
sistim secara keseluruhan.
Sistem-sistem keluarga berinteraksi dengan sistem-sistem yang lebih besar lagi di luar rumah,
seperti sistem tempat peribadatan, sekolah dan tempat perawatan. Dalam beberapa kasus, terjadi
pengaburan masalah-masalah keluarga dan pertentangan penyelesaian dari para pemberi bantuan
dalam sistem makro. Dalam konteks yang lebih luas, batas-batas diantara para pemberi bantuan
sama baiknya dengan batas-batas diantara keluarga klien. Batas-batas itu mungkin perlu
dijelaskan dalam sistem makro agar beroperasi secara efektif.
B. Konseling keluarga (Family Counseling)
1. Pengertian Konseling Keluarga
Family Counseling (konseling keluarga) didefinisikan sebagai suatu proses interaktif yang
berupaya membantu keluarga memperoleh keseimbangan homeostasis, sehingga setiap anggota
keluarga dapat merasa nyaman (comfortable).
2. Tujuan dan Prinsip Konseling Keluarga
Prinsip-prinsip konseling keluarga
1. Bukan metode baru untuk mengatasi human problem.
2. Setiap anggota adalah sejajar, tidak ada satu yang lebih penting dari yang lain.
3. Situasi saat ini merupakan penyebab dari masalah keluarga dan prosesnyalah yang harus
diubah.
4. Tidak perlu memperhatikan diagnostik dari permasalahan keluarga, karena hal ini hanya
membuang waktu saja untuk ditelusuri.
5. Selama intervensi berlangsung, konselor/terapist merupakan bagian penting dalam dinamika
keluarga, jadi melibatkan dirinya sendiri.
6. Konselor/terapist memberanikan anggota keluarga untuk mengutarakan dan berinteraksi
dengan setiap anggota keluarga dan menjadi ³intra family involved´.
7. Relasi antara konselor/terapist merupakan hal yang sementara. Relasi yang permanen
merupakan penyelesaian yang buruk.
8. Supervisi dilakukan secara riil/nyata (conselor/therapist center) (Perez,1979).
Tujuan Konseling Keluarga
1. Membantu anggota keluarga untuk belajar dan secara emosional menghargai bahwa dinamika
kelurga saling bertautan di antara anggota keluarga.
2. Membantu anggota keluarga agar sadar akan kenyataan bila anggota keluarga mengalami
problem, maka ini mungkin merupakan dampak dari satu atau lebih persepsi, harapan, dan
interaksi dari anggota keluarga lainnya.
3. Bertindak terus menerus dalam konseling/terapi sampai dengan keseimbangan homeostasis
dapat tercapai, yang akan menumbuhkan dan meningkatkan keutuhan keluarga.
4. Mengembangkan apresiasi keluarga terhadap dampak relasi parental terhadap anggota
keluarga (Perez, 1979).
3. Landasan-landasan Sejarah dan Praktik Kontemporer Konseling keluarga
a. Sejarah dan Perkembangan Konseling Keluarga
Konseling keluarga ini distimuli oleh penelitian mengenai keluarga yang anggotanya mengalami
schizophrenia. Konseling keluarga berkembang mencapai kemajuan pada tahun 1950-an. Pada
tahun 1960-an, para pelopor konseling keluarga memutuskan untuk bekerja sama dengan para
konselor yang berorientasi individual.
Teknik-teknik dalam konseling keluarga berkembang dengan pesat memasuki tahun 1970-an.
Inovasi teknik terapeutik diperkenalkan termasuk pendekatan behavioral yang dikaitkan dengan
masalah-masalah keluarga. Pada tahu 1980-an, konseling perkawinan dan konseling keluarga
menjadi satu. Para praktisi dari berbagai disiplin keahlian menjadikan konseling keluarga sebagai
ciri propesional mereka. Pada saat sekarang, konseling keluarga lebih menekankan penangananmasalah-masalah secara kontekstual daripada secara terpisah dengan individu-individu.
Tantangan yang dihadapi oleh konseling keluarga pada tahun 1980-an adalah mengintegrasikan
berbagai pendekatan konseling keluarga dan menggunakan kombinasi-kombinasi dari teknik-
teknik yang dibutuhkan untuk populasi-populasi yang berbeda.
b. Pendekatan dalam Konseling keluarga
i Pendekatan Psikodinamik
Sebagian besar, pandangan psikodinamik berdasar pada model psikoanalisis, memberikan
perhatian terhadap latar belakang dan pengalaman setiap anggota keluarga sebanyak pada unit
keluarga itu sendiri. Para konselor psikodinamik menaruh perhatian yang tinggi terhadap masa
lalu yang melekat pada individu-individu, dalam model psikodinamik, pasangan suami istri yang
menderita dikaitkan dengan introjeksi pathogenic setiap pasangan yang membawanya pada
hubungan.
Nathan Acherman, pelopor konselor keluarga berupaya mengintegrasikan teori psikoanalitik
yang berorientasi pada intrapsikis dengan teori sistem dengan menekankan hubungan antarpribai.
Dia memandang ketidakberfungsian keluarga akibat hilangnya peran yang saling melengkapi
diantara para anggota, akibat konflik yang tetap tidak terselesaikan, dan akibat korban yang
merugikan. Upaya-upaya teurapetiknya bertujuan untuk membebaskan ´pathologis´ yang
berpautan satu sama lain. James Framo, konselor keluarga generasi pertama, meyakini bahwa
konflik intrapsikis yang tidak terselesaikan dibawa dari keluarganya, diteruskan dalam bentuk
proyeksi kedalam hubungan-hubungan yang terjadi pada saat ini, seperti hubungan suami istri
atau anak. Dengan menggunakan pendekatan hubungan objek, Framo berusaha menghilangkan
introjeksi-introjeksi. Dalam proses ini, dia berbicara dengan pasangan suami istri itu sendirian,
kemudian memasuki kelompok pasangan suami istri, dan akhirnya mengadakan pertemuan-
pertemuan secara terpisah dengan setiap pasangan dan anggota keluarganya yang asli.
Ivan Boszormenyi-Nagy dan kelompoknya memfokuskan pada pengaruh masa lalu terhadap
fungsi-fungsi sekarang dalam seluruh anggota keluarga. Dalam pandangan ini, keluarga
mempunyai loyalitas yang invisible (tidak tampak), kewajiban-kewajiban yang berakar pada
generasi lalu, dan perhitungan-perhitungan yang tidak menentu. Hal-hal seperti itu perlu
diseimbangkan atau ditata. Pendekatan teraputik kontekstual dari Boszormenyi-Nagy berupaya
untuk menata kembali tanggung jawa, perilaku yang terpercaya, dan memperhitungkan hak-hak
dari seluruh kepeduliannya.
Robin Skynner berpendapat, bahwa orang dewasa yang mengalami kesulitan berhubungan telah
mengembangkan harapan-harapan yang tidak realistis terhadap orang lain dengan cara
membentuk sistem-sistem projeksi yang dikaitkan dengan kekurangan-kekurangan pada masa
kanak-kanak. Upaya terapeutik Skinner, yaitu secara khusus mengembankan versi berupaya
memfasilitasi perbedaan-perbedaan diantara pasangan-pasangan perkawinan. Dengan demikian,
setiap pasangan menjadi lebih independent.
John Bell, pendiri konseling keluarga mendasarkan pendekatannya pada teori-teori psikologis
sosial tentang perilaku kelompok kecil. Pendekatan konseling kelompok keluarga
mempromosikan interaksi; memfasilitasi komunikasi, menjelaskan, dan menafsirkan. Pada
tahun-tahun sekarang ini, Bell mengarahkan perhatiannya untuk membantu menciptakan
lingkungan-lingkungan keluarga meningkat dengan menggunakan teknik-teknik intervensi yang
ia sebut dengan konseling kontekstual.
Pendekatan ini menggunakan cara dan strategi psikoterapi individual dalam situasi Keluarga
dengan:
- mendorong munculnya insight tentang diri sendiri dan anggota keluarga
- untuk membantu keluarga dalam pertukaran emosi
Kontak konselor hanya sementara dan konselor akan menarik diri jika keluarga telah mampu
mengatasi problemnya secara konstruktif.
i Dasar Pemikiran
Proses unconsciousness (bawah sadar) mempengaruhi hubungan kebersamaan antaranggota
keluarga dan mempengaruhi individu dalam membuat keputusan tentang siapa yang dia nikahi.
Objects ( orang-orang yang penting / signifikan dalam kehidupan) diidentifikasi atau ditolak.
Kekuatan unconsciousness benar-benar dianggap sangat berpengaruh.
i Peranan Konselor :
Seorang guru dan interpreter pengalaman (analisis).
i Treatment : individual , kadang-kadang dengan keluarga
i Tujuan Treatment :
Untuk memecahkan interaksi yang tidak berfungsi dalam keluarga yang didasarkan pada proses
unconsciousness (bawah sadar), untuk merubah disfungsional individu.
i Teknik :
Transference, analisa mimpi, konfrontasi, focusing pada kekuatan-kekuatan, riwayat hidup.
i Aspek-aspek yang unik :
Konsentrasi pada potensi unconsciousness (bawah sadar) dalam perilaku individu,mengukur
defence mechanism (mekanisme pertahanan diri) yang dasar dalam hubungan keluarga,
menyarankan treatment mendalam pada disfungsionalitas (ketidakmampuan berfungsi).
i Pendekatan Eksperensial atau Humanistik
Para konselor keluarga eksperensial atau humanistik menggunakan ´immediacy´ terapeutik
dalam menghadapi anggota-anggota keluarga untuk membantu memudahkan keluarga itu
berkembang dan memenuhi potensi-potensi individunya. Pada dasarnya, pendekatan ini tidak
menekankan pada teoritis dan latar belakang sejarah. Pendekatan ini lebih menekankan pada
tindakan daripada wawasan dan interpretasi. Pendekatan ini memberikan pengalaman-
pengalaman dalam meningkatkan perkembangan, yaitu melalui interaksi antara konselor dan
keluarga.
Praktisi utama pendekatan eksperensial adalah Carl Whitaker dan Walter Kempler. Dalam
kerjanya, Whitaker menekankan perlunya memperhatikan hambatan-hambatan intrapsikis dan
hubungan antarpribadi dalam mengembankan dan mematangkan keluarga. Pendekatan konseling
keluarga sering melibatkan ko-konselor, pendekatanya dirancang untuk menggunakan
pengalaman-pengalaman nyata dan simbolis yang muncul pada saat proses terapeutik. Dia
mengakui, bahwa intervensinya sebagian besar dikendalikan oleh ketidaksadarannya. Whitaker
memperkenalkan ´ konseling yang tidak masuk akal ´ dirancang untuk mengejutkan,
membingungkan, dan akhirnya menggerakkan sistem keluarga yang terganggu.
Kempler, seorang praktisi dari konseling keluarga Gestalt membimbing individu-individuuntuk
mengatasi hal-hal yang akan memperdayakan dirinya di luar kebiasaanya, serta mempertahankan
dirinya. Dia mengkonfrontasikan dan menantang seluruh anggota keluarga untuk mengeksplorasi
sebagaimana kesadaran diri mereka sendiri terhambat dan bagaimana menyalyrkan kesadaran
mereka ke dalam hubungan yang lebih produktif dan terpenuhi dengan anggota lainnya.
Konselor keluarga terkenal yang berorientasi pada humanistik adalah Virginia Satir. Dalam
pendekatannya, dia memadukan kesenjangan komunikasi antara anggota keluarga dan orientasi
humanistik dalam upaya membangun harga diri dan penilaian diri seluruh anggota keluarga. Dia meyakini, bahwa dalam diri manusia terdapat sumber-sumber yang diperlukan manusia untuk berkembang. Dia memandang tugasnya sebagai orang yang membantu manusia memperoleh jalan untuk memelihara potensi-potensinya mengajarkan manusia menggunakan potensinya secara efektif.
i Dasar pemikiran
Masalah-masalah keluarga berakar dari perasaan-perasaan yang di tekan, kekakuan, penolakan /
pengabaian impuls-impuls, kekurangwaspadaan, dan kematian emosional.
i Peran konselor
Konselor menggunakan pribadinya sendiri. Mereka harus terbuka, spontan, empatic, sensitive
dan harus mendemonstrasikan perhatian dan penerimaan. Mereka harus memperlakukan dengan
terapi regresi dan mengajari anggota keluarga keterampilan-keterampilan baru dalam
mengkomunikasikan perasaan-perasaan secara gamblang.
i Unit Treatment
Difocuskan pada individu dan ikatan-ikatan pasangan. Whitaker mengkonsentrasikan
perhatiannya dengan mempelajari tiga generasi keluarga.
i Tujuan Treatment
Untuk mengukur pertumbuhan, perubahan, kreativitas, fleksibilitas, spontanitas dan playfulness, untuk membuat terbuka apa yang tertutup, untuk mengembangkan ketertutupan emosional dan mengurangi kekakuan, untuk membuka defence-defence, serta untuk meningkatkan self-esteem.
i T ek n ik
Memahat keluarga dan koreografi , keterampilan-keterampilan komunikasi terbuka, humor,
terapi, seni, keluarga, role-playing, rekonstruksi keluarga, tidak memperhatikan teori-teori dan
menekankan pada intuitive spontan, berbagi perasaan dan membangun atmosfer emosional
mendalam dan memberi sugesti-sugesti serta arahan-arahan.
i Aspek-aspek unik
Mempromosikan kreativitas dan spontanitas dalam keluarga, mendorong anggota-anggota
keluarga untuk mengubah peran mengembangkan pengertian terhadap diri sendiri dan pengertian
pada yang lain, humanistik dan memperlakukan seluruh anggota keluarga dengan status yang
sama, mengembangkan kewaspadaan
perasaan di dalam dan diantara anggota keluarga, mendorong pertumbuhan.
i Pendekatan Bowen
Pendekatan Murray Bowen terkenal dengan teori sistem keluarga. Pendekatan ini dianggap
sebagai sesuatu yang menjebatani pendangan-pandangan yang berorientasi psikodinamik dengan
pandangan-pandangan yang lebih menekankan pada sistem. Bowen mengkonseptualisasikan
keluarga sebagai sistem hubungan emosional. Bowen mengemukakan, ada delapan konsep yang
saling berpautan dalam menjelaskan proses emosional yang terjadi dalam keluarga ini dan
keluarga yang diperluas.
Landasan dasar teori Bowen adalah konsep diferensial diri. Konsep ini berkembang di mana
anggota keluarga dapat memisahkan fungsi intelektualnya dengan emosionalnya. Mereka
menghindari fusi dan sewaktu-waktu emosi mendominasi keluarga. Dalam keadaan tegang,
hubungan dua anggota keluarga mempunyai kecenderungan untuk mencari anggota yang ketiga
(melakukan triangulasi) untuk menurunkan intensitas ketegangan dan memperoleh kembali
kestabilan. Sistem emosional keluarga inti, biasanya dibentuk oleh pasangan-pasangan
perkawinan yang mempunyai kemiripan tingkat diferensiasi. Jika sistem tidak stabil, para
pasangan mencari cara untuk mengurangi ketegangan dan memelihara keseimbangan. Posisi saudara kandung orang tua dalam keluarga asal mereka memberikan tanda terhadap anak yang
dipilihnya dalam proses projeksi keluarga.
Bowen menggunakan konsep emosional cutoff untuk menjelaskan bagaimana sebagian anggota
keluarga berupaya memutuskan hubungan dengan keluarga mereka atas anggapan yang keliru
bahwa mereka dapat mengisolasi diri mereka dari fusi. Posisi saudara kandung dari setiap
pasangan perkawinan akan mempengaruhi interaksi mereka. Dalam pengembangan teorinya
terhadap masyarakat yang lebih luas, Bowen percaya bahwa tekanan-tekanan eksternal yang
kronis merendahkan tingkat berfungsinya diferensiasi masyarakat, hal itu hsil pengaruh regresi
masyarakat.
Sebagai bagian konseling keluarga sistem Bowen, wawancara evaluasi keluarga menekankan
objektivitas dan netralitas. Genogram-genogram itu membantu memberikan gambaran tentang
sistem hubungan keluarga kurang lebih tiga generasi. Secara terapeutik, Bowen bwkwerja secara
hati-hati dan tenang dengan pasangan-pasangan perkawinan, berupaya mengatasi fusi diantara
mereka. Tujuannya adalah mengurangi kecemasan dan mengatasi simptom-simptom. Tujuan
akhirnya adalah memaksimalkan diferensi diri setiap orang di dalam sistem keluarga inti dan dari
keluarga asalnya.
i Peran Konselor
Aktivitas konselor sebagai pelatih dan guru dan berkonsentrasi pada isu-isu keterikatan dan
diferensiasi.
i Unit Treatment : individu atau pasangan.
i Tujuan konseling
Untuk mencegah triangulasi dan membantu pasangan dan individu berhubungan pada level
cognitive, untuk menghentikan pengulangan pola-pola intergenerasi dalam hubungan keluarga.
i Teknik :
Genograms, kembali ke rumah, detriangulasi, hubungan orang perorang, perbedaan self.
i Aspek unik :
Mengukur hubungan-hubungan intergenerasi dan pola-pola yang diulang, systematic, dalam teori
yang mendalam.
iPendekatan Struktural
Pendekatan struktural dalam konseling keluarga terutama dikaitka dengan Salvador Minuchin
dan koleganya di pusat Bimbingan Anak Philadelphia. Pendekatan ini dilandasi sistem. Teori
konseling keluarga memfokuskan pada kegiatan, keseluruhan yang terorganisasi dari unit
keluarga, dan cara-cara di mana keluarga mengatur dirinya sendiri melalui pola-pola
transaksional diantara mereka. Secara khusus, sistem-sistem keluarga, batas-batas, blok-blok,
dan koalisi-koalisi ditelaah dalam upaya memahami struktur keluarga. Tidak berfungsinya
struktur menunjukkan, bahwa aturan-aturan yang tidak tampak yang membangun transaksi
keluarga tidak berjalan atau mebutuhkan negosiasi kembali aturan-aturan.
Konseling keluarga struktural dilengkapi untuk transaksi sehari-hari dan memberikan prioritas
tinggi terhadap tindakan daripada wawasan atau pemahaman. Seluruh perilaku termasuk
simptom-simptom yang ditunjukkan pasien dipandang dalam konteks struktur keluarga.
Permulaan keluarga memberikan teknik pengamatan sederhana terhadap peta pola-pola transaksi
keluarga. Intervensi- intervensi Minuchin tersebut adalah aktif, penuh perhitungan, berupaya
untuk mengubah kekakuan, kuno, atau tidak melaksanakan struktur. Dengan kerja sama keluarga
dan keamahan, dia memperoleh pemahaman tentang masalah-masalah keluarga, membantu
mereka mengubah susunan keluarga yang tidak berfungsi dan menata kembali organisasi keluarga. Enactments (menyuruh keluarga menunjukkan situasi-situasi konflik khusus dalam sesi
konseling) dan reframing (menjelaskan kembali suatu masalah sebagai suatu masalah sebagai
suatu fungsi dari struktur keluarga) adalah teknik-teknik terapeutik yang sering digunakan.
Teknik-teknik tersebut membawa perubahan struktur keluarga. Tujuan akhir konseling adalah
menyusun kembali aturan-aturan transaksi keluarga dengan mengembangkan lebih tepat lagi
batas-batas diantara sub-sub sistem dan memperkuat aturan hierarki keluarga.
i Dasar pemikiran
Suatu patologi keluarga muncul akibat dari perkembangan rekasi yang disfungsional. Fungsi-
fungsi keluarga meliputi struktur keluarga, sub-systems dan keterikatannya. Peraturan-peraturan
tertutup dan terbuka dan hirarki-nya harus dimengerti dan dirubah untuk membantu penyesuaian
keluarga pada situasi yang baru.
i Peran Konselor
Konselor memetakan aktivitas mental dan kerja keluarga dalam sesi konseling Seperti sutradara teater, mereka memberi instruksi pada keduanya untuk berinteraksi melalui ajakan-ajakan dan rangkaian aktivitas spontan.
i Unit treatment
Keluarga sebagai satu system atau sub-system, tanpa mengabaikan kebutuhan individu.
i T u ju a n
Mengungkap perilaku-perilaku problematik sehingga konselor dapat mengamati dan membantu mengubahnya ; untuk membawa perubahan-perubahan struktural didalam keluarga ; seperti pola- pola organisasional dan rangkaian perbuatan.
i T ek n ik
Kerjasama, akomodating, restrukturusasi, bekerja dengan interaksi (ajakan, perilaku-perilaku spontan), pendalamam, ketidakseimbangan, reframing, mengasah kemampuan dan membuat ikatan-ikatan.
i Aspek-aspek unik
Yang utama adalah membangun keluarga-keluarga dengan sosioekonomis yang rendah, sangat
pragmatis, dipengaruhi oleh profesi psikiatri untuk menghargai konseling keluarga sebagai suatu
pendekatan treatment; dengan prinsip-prinsip dan teori-nya Minuchin dkk, efektif untuk keluarga
dari para pecandu, para penderita gangguan makan dan bunuh diri, penelitian-penelitian yang
baik, systematis, masalah difokuskan untuk masa sekarang, umumnya dilaksanakan kurang dari
6 bulan, konselor dan keluarga sama-sama aktif.
iPendekatan Strategis atau Komunikasi
Teori-teori komunikasi, muncul dari penelitian Lembaga Penelitian Mental (MRI) di Palo Alto
pada tahun 1950-an. Teori-teori komunikasi ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap
konseling keluarga dengan menyusun kembali maslah-masalah manusia sebagai masalah
interaksi dan sifatnya situasional. Epistimoligi dari Beteson, Jakson, dan yang lain merupakan
dasar bagi upaya-upaya terapeutik dari MRI, konseling keluarga strategis yang dikembangkan
oleh Haley dan Madanes, dan pendekatan sistematik dari Selvini-Pallazzoli dan tim Milan.
Karakteristik khusus pendekatan ini menggunakan doube binds terapeutik atau teknik-teknik
paradoksial ini menggunakan aturan-aturan keluarga dan pola-pola hubungan.
Paradocks kontradiksi yang mengikuti deduksi yang tepat dari premis-premis yang konsisten
digunakan secara terapeutik untuk mengarahkan individu atau keluarga yang tidak mau berubah
sesuai dengan apa yang diharapkan. Prosedur ini mempromosikan perubahan tersebut bukan
dalam bentuk tindakan atau penolakan. Jkcson, Watzlawick, dan ahli strategis lainnya menggunakan ´precribing´ simptom-simptom sebagai teknik paradoks untuk mengurangi
penolakan berubah dengan mengubah simptomnya itu tidak berguna.
Pendekatan konseling keluarga strategis ditandai oleh taktik-taktik yang terencana dan hati-hati,
serta langsung menangani masalah-masalah keluarga yang ada. Haley sangat memengaruhi para
praktisi dalam menggunakan perintah-perintah atau penyelesaian tugas-tugas sebaik intervensi-
intervensi paradoksional yang sifatnya tidak langsung. Madanes, konselor keluarga strategis
lainnya menggunakan teknik-teknik ´pretend´ (menganggap diri) dan intervensi-intervensinya
yang tidak konfrontattif diarahkan pada tercapainya perubahan tanpa mengundang penolakan.
Konseling keluarga sistematis yang dipraktikan group Milan, tekniknya didasarkan pada
epistimologi sirkuler dari Bathson. Teknik-tekniknya mengalami sejumlah perubahan dalam
beberapa tahun berikutnya dan melanjutkannya dengan menyajikan teknik-teknik baru.
Berdasarkan prosedur ´long brief therapy´ yang setiap pertemuannya mempunyai jarak kurang
lebih satu bulan, keluarga itu ditangani oleh tim yang bersama-sama merencanakan strategi. Satu
atau dua orang konselor bekerja secara langsung dengan keluarga, sementara konselor yang
lainnya mengamati dari belakang kaca yang satu arah. Keluarga itu dibei tugas-tugas dalam
setiap peremuannya, biasanya didasarkan pada perintah-perintah yang sifatnya paradoks. Tujuan
dari model Milan, yaiotu memberikan ´informasi´ supaya keluarga mengubah aturan-aturan,
mengubah kesalah yang berulang-ulang mengenai permainan-permainan yang menggagalkan
diri. Pendekatan Milan beranggapan, bahwa pesan-pesan paradoksial dari keluarga hanya dapat
dihadapi oleh counterparadox terapeutik. Kelompok Milan telah memperkenalkan sejumlah
teknik wawancara, seperti hypothesizing, pertanyaan sirkuler, netralitas, konotasi positif, dan
ritual-ritual keluarga.
Menurut Jay Haley dan Cloe Madanes; keluarga bermasalah akibat dinamika dan Orang dan
keluarga dapat berubah dengan cepat. Treatment (perlakuan) dapat sederhana dan pragmatis dan
berkonsentrasi pada perubahan perilaku symptomatic dan peran-peran yang kaku. Perubahan
akan muncul melalui ajakan-ajakan , cobaan berat (siksaan), paradox, pura-pura/dalih dan ritual-
ritual (strategic and systemic therapis), difokuskan pada pengecualian terhadap disfungsionalitas,
solusi-solusi hipotetik dan perubahan-perubahan kecil. (solution-focused therapies).
i Peran Konselor
Konselor menanggapi munculnya daya tahan/perlawanan dalam keluarga dan mendesign
rangkaian cerita tentang strategi-strategi untuk memecahkan masalah.Menerima munculnya
perlawanan/daya tahan melalui penerimaan positif terhadap problem-problem yang dibawa
keluarga. Konselor lebih seperti seorang dokter dalam tanggung-jawab terhadap keberhasilan
treatment dan harus merencanakan dan membangun strategi-strategi.
i Unit treatment
Keluarga sebagai suatu system, meskipun pendekatan-pendekatannya secara selektif
dipergunakan pada pasangan-pasangan dan individu-individu.
i Tujuan treatment
Untuk mengatasi problem-problem masa sekarang. Menemukan solusi-solusi,membawa
perubahan-perubahan, menemukan target tujuan perilaku, untuk menimbulkan insigt, untuk
mengabaikan hal-hal yang bukan masalah.
i T ehn ik
Reframing (memasukkan dalam konotasi positif), direktif, kerelaan dan pertentangan
berdasarkan pada paradox (termasuk penentuan symptom-symptom),pengembangan perubahan
selanjutnya, mengabaikan interpretasi, pura-pura, hirarki kooperatif, cobaan-cobaan (siksaaan),
ritual, tim, pertanyaan-pertanyaan berputar, solusi hipotetis (dengan menanyakan 3 pertanyaan ajaib´).
i Aspek-aspek unik
Terdapat penekanan pada pemeriksaan pada pemeriksaan symptom dengan cara yang positif.
Treatment-nya singkat (biasanya 10 sesi atau beberapa). Fokus pada pengubahan perilaku
problematik masa sekarang. Tehniknya dirancang khusus untuk setiap keluarga. Tretment yang
inovatif dan penting. Pendekaannya fleksibel, berkembang dan kreatif. Secara mudah dapat
dikombinasikan dengan teori-teori lain. struktur keluarga yang disfungsional. Perilaku yang
bermasalah merupakan usaha individu untuk mencapai kekauasaan dan rasa aman.
iPendekatan Behavioral
Konseling keluarga behavioral, terakhir masuk dalam bidang konseling keluarga, berupaya
membawa metode ilmiah dalam proses-proses terapeutik mengembangkan monitoring secara
tetap dan mengembangnkan prosedur-prosedur intervensi berdasarkan data. Pendekatan ini
mengambil prinsip-prinsip belajar manusia, seperi classical dan operant conditioning, penguatan
positif dan negatif, pembentukan, extinction, dan belajar sosial. Pendekatan behavioral
menekankan lingkungan, situasional, dan faktor-faktor sosial dari perilaku. Dalam tahu-tahun
terakhir ini, pengaruh dari faktor-faktor kognitif, seperti peristiwa-peristiwa yang memediasi
interaksi-interaksi keluarga juga diperkenalkan oleh sebagian besar penganut behavioral.
Konselor yang berorientasi behavioral berupaya untuk meningkatkan inteaksi yang positif
diantara anggota-anggota keluarga, mengubah kondisi-kondisi lingkungan yang menentang atau
menghambat interaksi-interaksi, dan melatih orang untuk memelihara perubahan-perubahan
perilaku positif yang diperlukan.
Pendekatan behavioral memberikan pengaruh yang signifikan terhadap empat bidang yang
berbeda, yaitu konseling pekawinan behavioral, pendidikan dan latihan keterampilan orangtua
behavioral, konseling keluarga fungsional, serta penanganan tidak berfungsinya seksual.
Pendidikan dan latihan keterampilan-keterampilan orangtua behavioral, sebagian besar
didasarkan pada teori belajar sosial, berupaya untuk melatih orang tua dengan prinsip-prinsip
behavioral dalam pengelolaan anak. Secara khusus, Patterson memfokuskan terhadap hubungan
dua orang (dyad), biasanya antara ibu dan anak, serta menekankan bahwa perilaku anak itu
kemungkinan dikembangkan dan dipelihara melalui hubungan timbal balik mereka. Secara
khusus, intervensinya berupaya membentu keluarga mengembangkan sejumlah kontingensi
penguatan baru dengan maksud memulai belajar perilaku-perilau baru.
Konseling keluarga fungsional berupaya menginyegrasikan teori sistem, behavioral, dan kognitif
dalam bekarja dengan keluarga. Konseling keluarga fungsional berpandangan, bahwa semua
perilaku sebagai fungsi antarpribadi mengenai hasil khusus dari konsekuensi-konsekuensi
perilaku. Konselor keluarga fungsional tidak mencoba mengubah perilaku-perilaku yang berguna
untuk memelihara fungsi-fungsi.
i Dasar pemikiran
Perilaku dipertahankan atau dikurangi melalui konsekuensi-konsekuensi, perilaku maladaptive dapat diubah (dihapus) atau dimodifikasi. Perilaku adaptive dapat dipelajari, melalui kognisi, rational maupun irational. Perilaku dapat dimodifikasi dan hasilnya akan membawa perubahan- perubahan.
i Peran konselor
Directiv, melakukan pengukuran dan intervensi dengan hati-hati, konselor tampak seperti guru ahli dan pemberi penguat, dan focus pada problem masa sekarang.
i Unit Treatment
Training orang tua, hubungan perkawinan dan komunikasi pasangan dan treatment pada
disfungsi sexual, menekankan pada interaksi pasangan, kecuali dalam terapi peran keluarga.
i Tujuan treatment
Untuk menimbulkan perubahan melalui modifikasi pada antecedent-antecedent atau konsekuen-
konsekuen dari perbuatan, memberikan perhatian spesial untuk memodifikasi konsekuensi-
konsekuensi, menekankan pada pengurangan perilaku yang tidak diharapkan dan menerima
perilaku positif, untuk mengajarkan keterampilan sosial dan mencegah problem-problem melalui
mengingatkan kembali, untuk meningkatkan kompetensi individu dan pasangan-pasangan serta
memberikan pengertian tentang dinamika perilaku.
i T ek n ik
Operant conditioning, classical conditioning, social learing theory, strategi-strategi kognitif ±
behavioral, tehnik systematic desensitization, reinforcement positif, reinforcement
sekejap/singkat, generalisasi, kehilangan, extinction, modeling, timbal balik, hukuman, token-
ekonomis, quid proquo exchanges, perencanaan, metode-metode psikoedukasional.
i Aspek-aspek unik
Pendekatan-pendekatannya secara langsung melalui observasi, pengukuran, dan penggunaan
teori ilmiah. Menekankan pada treatment terhadap problem masa sekarang. Memberikan waktu
khusus untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan sosial khusus dan mengurangi
keterampilan yang tak berguna. Hubungan dibangun diatas kontrol positif dan lebih pada
penerangan prosedur-prosedur pendidikan dibanding hukuman. Behaviorisme adalah intervensi
yang simple dan pragmatis dengan teknik-teknik yang bermacam-macam. Data riset yang bagus
membantu pendekatan-pendekatan ini dan keefektifannya dapat diukur. Perlakuannya pada
umumnya dalam waktu yang singkat.
4. Peran Intervensi pada Konseling Keluarga
1. Sebagai penilai mengenai; masalah, sasaran intervensi, kekuatan dan strategi keluarga,
kepercayaan dan etnik keluarga. Eksplorasi pada: reaksi emosi keluarga terhadap trauma dan
transisi, komposisi, kekuatan dan kelemahan, informasi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan
keluarga, kesiapan untuk intervensi dan dirujuk pada ahli lain.
2. Pendidik/pemberi
Informasi agar keluarga siap beradaptasi terhadap perubahan-perubahan
3. Pengembang sistem support, mengajarkan support dan selalu siap dihubungi.
4. Pemberi tantangan
5. Pemberi fasilitas prevensi (pencegahan) dengan mempersiapkan keluarga dalam menghadapi
stress.
5. Proses Konseling keluarga
1. Melibatkan keluarga, pertemuan dilakukan di rumah, sehingga konselor mendapat informasi
nyata tentang kehidupan keluarga dan dapat merancang strategi yang cocok untuk membantu
pemecahan problem keluarga.
2. Penilaian Problem/masalah yang mencakup pemahaman tentang kebutuhan, harapan, kekuatan
keluarga dan riwayatnya.
3. Strategi-strategi khusus untuk pemberian bantuan dengan menentukan macam intervensi yang
sesuai dengan tujuan.
4. Follow up, dengan memberi kesempatan pada keluarga untuk tetap berhubungan dengan
konselor secara periodik untuk melihat perkembangan keluarga dan memberikan support.
C. Penelitian, Latihan, dan Praktik Profesional
Penelitian dalam konseling keluarga didahului oleh perkembangan teknik-teknik intervensi
terapeutik. Penelitian tentang hubungan pola-pola interaksi keluarga dan gangguan psikologis,
sebelumnya didasarkan pada pendekatan penelitian cross sectional yang kemudian disusul
dengan pendekatan penelitian longitudinal.
Akhir-akhir ini berkembang penelitian tentang bproses dan hasil dari intervensi konseling
keluarga. Selanjutnya, penelitian tertarik pada keuntungan dan kerugian relatif dari alternatif
pendekatan-pendekatan untuk individu-individu dan keluarga-keluarga yang kesulitannya
berbeda.
Pada saat sekarang ini, latihan-latihan klinis terjadi dalam tiga setting yang berbeda, yaitu dalam
program-program bantuan konseling keluarga, lembaga-lembaga latihan sebelum menduduki
konseling keluarga, dan dalam program-program universitas.
Sebagian besar program-program latihan itu langsung berupaya untuk membantu traine
mengembangkan persepsi, konsep, dan keterampilan-keterampilan dalam kerja dengan keluarga.
Alat bantu latihan ini meliputi:
1. kursus kerja didaktik
2. menggunakan master videotape terapis dan traine
3. melakukan supervisi melalui bimbingan aktif dengan supervisor yang melihat pertemuan
tersebut di belakang cermin yang satu arah dan melakukan umpan balik korektif melaluitelepon,
earphone, memanggil traine dari pertemuan konseling untuk konsultasi.
4. ko-konseling di mana traine mempunyai kesempatan untuk bekerja di di samping mentor
dalam keluarga.
Praktik propesional dalam konseling perkawinan atau keluarga diatur oleh status hukum dan
pengaturan diri dengan kode etik, review sebaya, melanjutkan pendidikan, dan konsultasi.
BAB III
ANALISIS MATERI
Didalam keluarga tentunya banyak permasalahan yang akan dialami, baik itu antar pribadi
,aupun antar kelompok di dalam keluarga. Bila dikaitkan dengan pendidikan luar biasa,
konseling keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu penyelesaian masalah-masalah yang
timbul. Bila diambil sebuah contoh, misalnya sebuah keluarga yang memiliki anak berkebutuhan
khusus. Memiliki anak merupakan harapan dan anugrah yang sangat dinanti sebuah keluarga,
tetapi tidak sedikit orang tua dan anggota keluarga lain yang menolak atau justru merasa
mendapatkan masalah dengan lahirnya anak berkebutuhan khusus.
Sikap penolakan dari anggota keluarga, akan menimbulkan permasalahan baik pada anak
maupun pada keseimbangan kehidupan keluarga tersebut. Dari kasus ini, tentunya konseling
keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu permasalahan tersebut. Begitupun peran konselor
dan pendekatan serta proses konseling.
Dari uraian materi yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, bahwa keluarga merupakan tempat pertama dalam perkembangan seorang anak. Keluarga memiliki peranana yang penting
dalam membantu mengembangkan potensi anak. Jika di dalam kelurga terdapat permaslahan-
permasalahan yang terjadi maka hal tersebut akan mempengaruhi kondisi di dlaam keluarga
tersebut.
PermasAlahan-permaslahan yang timbul di dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh bagaimana
perkembangan keluarga tersebut baik dari segi ekonomi, sosial, dan budaya. Hal ini merupakan
salah satu faktor bagaimana dalam sebuah keluarga ketika memandang sebuah persoalan.
Begitupun dnegan bagaimana keluarga memandang anak berkebutuhan khsusus. Bagi keluarga
yang memiliki statuts ekonomi yang tinggi serta memiliki nilai-nilai yang luhur di dalam
keluarga, mungkin penolakan terhadap hadirnya seorang anak berkebutuhan khusus tidak akan
terjadi, disini mereka malah berusaha untuk meberikan yang terbaik bagi anak berkebutuhan
khusus tersebut.
Dalam konseling keluarga banyak pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam membantu
permasalahan yang terjadi di dalam keluarga. Hal ini antara lain adalah pendekatan
psikodinamik, pendekatan eksistensial, pendekatan bowenian, pendekatan struktural, pendekatan
komunikasi dan pendekatan behavioral. Pendekatan-pendekatan tersebut memiliki dasar
pemikiran, tujuan serta teknik yang berbeda di dalam penanganannya.
Pendekatan psikodinamik lebih menekankan bagaimana individu memahami diridan memahami
emosi, sehingga anggota keluarga nantinya bisa menyelesaikan problem matika sendiri tanpa
bantuan lagi dari konselor. Pendekatan eksperensial atau humanistik didasari oleh masalah-
masalah keluarga yang berakar dari perasaan-perasaan negatif seperti tertekan, kekakuan dan
lain-lain. Pendekatan ini lebih menekankan pada keluarga agar mampu untuk berusaha
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh individu. Pendekatan bowen didasarkan
dimana anggota keluarga dapat memisahkan anatara fungsi intelektual dan emosionalnya,
dimana pendekatan ini menhindarkan triangulasi atau orang ketiga dalam proses penanganannya.
Pendekatan struktural lebih menekankan pada perubahan struktural di dalam keluarga dan
bagaimana keluarga dapat mengatur dirinya sendiri dengan pola transaksional di antara anggota
keluarga. Peran konselor dalam pendekatan ini harus mampu memberikan instruksi-instruksi
yang selayaknya dilakukan oleh anggota keluarga sedang melakukan bimbingan. Pendekatan
strategis atau komunikasi lebih menekankan pada problematika masa sekarang yang bertujuan
untuk mengubah segala perilaku-perilaku yang salah. Sedangkan pada pendekatan behavioral,
lebih menekankan pada perilaku-perilaku dimana perilaku tersebut dipertahankan atau bahkan
dihilangkan.
Pada kasus yang telah diungkap sebelumnya, bahwa penolakan orang tua terhadap hadirnya anak
berkebutuhan khusus serta sikap orangtua yang frustasi, stress hingga acuh pada anak yang
akhirnya membuat keseimbangan kehidupan keluarga tersebut terganggu. Tentunya hal tersebut
harus ditangani dengan segera. Jangan sampai masalah di dalam keluarga dapat menghambat
potensi serta aktivitas anggota keluarga yang lain.
Pendekatan-pendekatan bimbingan keluarga yang telah dijelaskan diatas merupakan acuan
bimbingan yang dapat membantu memecahkan persoalan tersebut.
Pendekatan behavioral yang menekankan pada perilaku yang dipertahankan atau dirubah atau
dimodifikasi dapat digunakan untuk orang tua bagaimana harus bersikap dan berperilaku
terhadap anak berkebutuhan khusus yang hadir dalam keluarganya. Pendekatan eksperiensial
atau humanistik dapat digunakan untuk mengembangkan ketertutupan emosional dan
mengurangi kekakuan didalam keluarga serta pendekatan-pendekatan lainnya. BAB IV
KESIMPULAN
Keluarga merupakan bagian terkecil dari susunan masyarakat yang akan menjadi dasar dalam
mewujudkan suatu negara (Emil Salim 1983). Begitu besarnya tugas keluarga didalam
perkembangan seorang anak, sehingga lingkungan keluarga harus dibina dan dijaga sedemikian
rupa agar permasalahan-permasalahan yang muncul dalam keluarga tidak mengakibatkan
terhambatnya segala aktivitas para anggota keluarga lainnya.
Didalam keluarga yang terdiri dari beberapa anggota didalamnya tidak akan terlepas dari
permasalahan-permasalahan yang terjadi baik dari luar lingkungan keluarga ataupun dalam
lingkungan keluarga itu sendiri. Bimbingan konseling keluarga merupakan salah satu upaya
membantu keluarga dalam menangani permasalahan-permasalahannya.
Setiap keluarga memiliki perkembangan yang berbeda-beda baik faktor sosial, ekonomi, budaya, dan agama yang membedakan permasalahan-permasalahan yang akan muncul. Akan tetapi, permasalahan- permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan pendekatan-pendekatan yang ada dalam bimbingan konseling keluarga. Diantara pendekatan-pendekatan tersebut yaitu pendekatan psikodinamik, eksperimental
/
humanistik,
bowen,
bihavioral,
dan
struktural. Bila dikaitkan dengan permasalahan keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus misalnya dengan kasus orangtua yang menolak kehadiran Anak Berkebutuhan Khusus dalam keluarganya dapat juga dibantu dengan bimbingan konseling keluarga dengan pendekatan-pendekatan konseling yang ada. Sehingga, permasalahan-permasalahan yang ada dapat terselesaikan dengan baik.











1 komentar:

Anonim mengatakan...

maksud akhu itu bim. konseling tentang tugas anak perempuan mw tak bikin mind map..:(