Senin, 03 Desember 2012

KETRAMPILAN DASAR KONSELING YATIM



POKOK BAHASAN
1. Ketrampilan menjalin relasi dengan klien
2. Ketrampilan Berkomunikasi Secara Lisan
3. mengajak klien berbicara
4. mendorong klien melanjutkan pembicaraan
5. membantu klien merasa lebih baik
6. memfokus pada inti masalah
7. menggali beragam solusi dan memecahkan masalah
8. Ketrampilan dalam Melakukan Komunikasi Non Verbal

Membangun Relasi
hubungan inter-personal ; melibatkan dua orang dalam komunikasi yang intim dan bertujuan untuk memberikan penguatan pada klien.
Membangun rasa percaya (trust)
Ketika klien merasa dimengerti jalan pikirannya, perasaan dan cara pandangnya, maka ia mulai berani mempercayakan dirinya pada konselor. Bahkan sampai pada area pribadi yang hanya dia dan Tuhan sendiri yang tahu, yang dia simpan bertahun-tahun. Tidak mudah untuk membangun rasa percaya klien terhadap Konselor.
Ada orang yang kadar trust-nya rendah, ada juga orang yang kadar trust-nya tinggi. Bagi orang-orang yang kadar trust-nya rendah, akan sulit sekali untuk membangun rasa percaya. Membutuhkan beberapa kali pertemuan baru orang tersebut percaya. Akan tetapi bagi orang-orang yang kadar trust-nya tinggi, sekali pertemuan saja, dia sudah bisa percaya.
Ketrampilan menjalin relasi dengan klien

Empathy
merupakan kerelaan untuk merasakan apa yang dirasakan klien, mengerti dengan pengertian klien dan melihat dengan perspektif klien.
merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain adalah sesuatu hal yang tidak mudah. Masing-masing kita mempunyai cara pandang yang berbeda-beda terhadap sesuatu hal.
Empathy perlu terus dibangun melalui relasi dan komunikasi yang berkelanjutan dgn klien.
Cara ber-empathy secara verbal
Tunjukkan keinginan untuk memahami dunia klien dengan klarifikasi dan pertanyaan-pertanyaan tentang pengalaman-pengalaman dan perasaan klien.
Diskusikan apa yang penting: tunjukkan dengan kata-kata bahwa anda menaruh perhatian pada apa yang dianggap penting oleh klien. Bisa saja ada sesuatu hal yang bagi kita itu tidak penting, tapi bagi klien itu sangat penting.
Nyatakan perasaan klien, dengan merefleksikan apa yang dirasakan klien.
Ungkapkan yang tersirat dibalik kata-kata klien.
Cara ber-empathy secar a Non-verbal
Konselor harus memperhatikan bahasa tubuh mereka, supaya ketika merasa letih, bosan, marah, kesal dll, tetap dapat mengontrol supaya klien tetap merasa diterima.
konselor hendaknya menghadapi klien dengan bahasa tubuh yang ramah, misalnya: kontak mata, posisi tubuh menghadap klien dan posisi lengan terbuka (tidak melipat lengan).
Kegunaan Empathy
  1. Membangun rasa percaya (trust)
  2. Ketika klien merasa dimengerti jalan pikirannya, perasaan dan cara pandangnya, maka ia mulai berani mempercayakan dirinya pada konselor.
  3. Menstimulasi eksplorasi diri
  4. Jika klien mempercayai konselor, maka ia tidak ragu-ragu untuk menceritakan bagian-bagian yang terdalam atau bahkan yang selama ini hanya diketahui oleh dirinya sendiri. Eksplorasi penting bagi konselor untuk mengetahui hal-hal yang tersembunyi yang seringkali menjadi penyebab pola pikir, emosi dan tingkah laku yang maladaptif. Karena yang nampak diluar hanya sebagian kecil dari yang sebenarnya.
  5. Mengkaji persepsi
  6. Apa yang Konselor mengerti tentang klien perlu disampaikan kembali kepada klien untuk dikaji karena belum tentu apa yang dia pahami sama dengan pengertian klien. Ketika disampai-kan maka ada pencocokan persepsi.
  7. Memberikan dukungan
  8. Jika seseorang merasa dimengerti apa dan bagaimanapun cara ber-pikirnya, ia tidak ragu-ragu untuk mencoba pola-pola baru karena apapun yang terjadi ia akan dimengerti. Dirinya merasa masih ada orang yang mau mengerti dan memahami, betapa dia masih sendiri. Itu membuat kekuatan bagi dia untuk mencoba pola hidup yang baru.
  9. Memfokuskan pembicaraan
  10. Dengan empati klien diarahkan untuk hanya membicarakan yang penting yang menjadi akar semua permasalahan yang dialami serta menghindari hal yang kurang bermanfaat yaitu hal-hal yang tidak terlalu berkaitan dengan masalah. Seringkali kalau orang datang ia bercerita dengan panjang lebar. Kalau klien mulai bercerita ke hal-hal yang lain yang tidak berhubungan dengan masalah, maka dengan ketrampilan empati, Konselor bisa kembali memfokuskan arah ke pembicaraan yang penting yang harus dibahas terlebih dahulu.
  11. Memudahkan intervensi
  12. Intervensi adalah bentuk-bentuk pertolongan yang akan diberikan pada klien. Intervensi sangat penting dalam Konseling. Jika klien merasa dimengerti maka Konselor akan mudah memberikan intervensi yang tepat, klien pun akan lebih kooperatif.
  13. Bedakan dengan Simpati
  14. Simpati akan mengurangi ketajaman Konselor karena terlarut dalam perasaan klien, sehingga proses pendampingan tidak dapat berjalan dengan baik.
  15. Misalnya klien sedih dan menangis, Konsekor karena simpati ikut-ikutan juga menangis, itu tidak boleh terjadi. Kita harus bisa memilah-milah mana perasaan klien dan mana perasaan seorang pendamping. Sehingga kita tidak akan larut dengan perasaan klien atau pergumulan klien tidak akan kita bawa terus sepulang ke rumah, tidak diingat-ingat.
Mengekspresikan Empati, Ketulusan Dan Kehangatan
Displaying Understanding : menunjukkan pemahaman. Contoh : Klien ; ‘Saya sungguh merasa sulit membuat keputusan, apakah Susan saya ijinkan tinggal di Panti Asuhan’. Konselor ; ‘ Tampaknya Ibu merasa berat bila Susan tinggal di Panti…’.
Menerjemahkan perasaan klien ke dalam kata-kata. Misalnya perasaan bersalah. ‘kamu selalu menghindar bila ketemu dengan Dito, tampaknya kamu merasa bersalah, benarkah demikian ?,.
Memberi dukungan untuk mengekspresikan sikap yang berbeda dengan apa yang diharapkan Konselor. ‘’saya merasa anda kurang setuju dengan apa yang saya katakan, dapatkah anda ceritakan bagaimana perasaan anda terhadap apa yang saya bicarakan tadi ?’.
Self Disclosure ; mendukung klien untuk mengeksplorasi hal-hal yang sensitif dengan cara konselor menceritakan pengalamannya.
Ketrampilan Berkomunikasi Secara Lisan
Mengajak klien berbicara
Sebelum anda memulai pertemuan dan pembicaraan yang lebih mendalam dengan klien, lakukan pengamatan terhadap klien. Perhatikan :
Apakah ia sekarang menjadi pendiam, menyendiri dan tidak komunikatif, padahal biasanya ia ceria, lucu, penuh kasih dan energik.
Apakah ia tampak angkuh dan egois, padalah biasanya kooperatif ?
Apakah ia bicara berulang-ulang tentang suatu masalah, misalnya uang, sakit, malas ?
Apakah ia kusut dan tidak rapi padahal biasanya ia selalu tampil rapi ?
Apakah matanya sembab seperti baru saja menangis ?
Apakah ekspresinya sedih, kurang sehat atau cemas ?
Apakah ia enggan bertatapan mata dengan anda ?
Apakah nada suaranya tertekan, suaranya terputus-putus atau gemetar ?
Apabila klien anda mempunyai gejala-gejala tersebut, maka ia sedang mengalami gangguan emosional atau mengalami masalah yang perlu dipecahkan.
Langkah pertama untuk mengajak klien berbicara adalah mengatakan apa yang anda lihat menyangkut tindakannya. Katakan dengan kalimat yang spesifik dan konkrit. Contoh :
‘saya lihat kamu beberapa kali keluar dari ruang belajar, ke kamar kecil ? apakah ada msalah dengan perutmu ?’
Orang awam cenderung menggunakan kalimat yang umum, misalnya ‘kamu tampak mudah terganggu hari ini ?’. Kalimat ini sudah merupakan tafsir, bukan lagi menyatakan fakta. Menggunakan kalimat tafsir seringkali belum tentu sesuai dengan maksud klien. Selain itu menggunakan kalimat tafsir juga beresiko, anda mungkin saja secara tidak sengaja menuduh, atau bahkan menghakimi klien.
Lengkapi ajakan tanggapan anda dengan kalimat ‘ saya merasa cemas, apakah ada sesuatu yang menganggumu ? ataukah kamu baik-baik saja ?’. kalimat ini akan ajakan tidak langsung kepada klien untuk berbicara, dan berfungsi untuk memastikan apakah klien tersebut mempunyai masalah yang menganggu atau tidak.
Ajakan-ajakan awal untuk berbicara sebaiknya terdiri dari sebuah pertanyaan umpan balik dan sebuah pertanyaan untuk memastikan apakah orang tersebut mempunyai masalah atau tidak.
Konselor perlu bersikap hati-hati ketika mengajak klien berbicara, lihatlah situasinya agar dia tidak merasa dipermalukan, jika ternyata pada saat tersebut hadir orang lain selain klien yang mendengar pembicaraan. Perlu diketahui juga bahwa orang lebih suka merahasiakan masalahnya, dan merasa malu jika orang lain  mengetahuinya. Oleh karena itu sering kali ketika kita bertanya apa kabar, maka lebih banyak mendapat jawaban baik atau bahkan sangat baik, sekalipun sebenarnya mereka sedang bermasalah. Selain itu, banyak orang sangat percaya bahwa orang lain tidak mau mendengarkan keluhan-keluhan mereka. Jadi meeka merasa percuma jika menceritakan masalahnya kepada orang lain
Konselor juga perlu mengetahui apakah waktunya tepat untuk mengajak bicara. Konselor perlu melihat apakah klien sedang mengerjakan banyak tugas, misalnya ketika sorang anak sedang menghadapi ujian. Bila hal ini diabaikan justru akan semakin menambah kecemasan klien. Konselor dituntut untuk peka dalam menentukan kapan mereka harus mengajak bicara dengan kliennya.
Jika ajakan konselor ditolak, apa yang harus dilakukan ? jangan buru-buru anda menganggap ini sebabagi sentimen pribadi. Kebanyakan orang sangat selektif dalam menentukan siapa orang yang pantas mereka percaya. Jika anda secara positip mendukung dan menerima orang yang menolak ajakan anda, orang tersebut tidak akan merasa sungkan untuk meminta bantuan anda di masa mendatang.
Jika anda merasa bahwa klin tersebut ingin membicarakan dengan orang lain, maka anda dapat memebri dukungan dengan mengatakan ;
‘Mif, jika saya mempunyai masalah pribadi, saya merasa perlu membicarakan dengan orang yang saya percaya. Kadang saya bicara dengan teman, guru atau dengan konselor. Apakah kamu merasa perlu berbicara dengan temanmu atau orang lain yang kamu percaya ?’
mendorong klien melanjutkan pembicaraan
Hargailah klien anda, dengarkanlah dengan seksama dan penuh perhatian ketika dia sedang menceritakan masalahnya. Keseriusan, kepedulian dan kesabaran  anda dapat mendorong klien untuk melanjutkan pembicaraannya. Jadi tunjukkan bahwa anda mendengarkan dengan penuh perhatian, tunjukkan pula bahwa anda memahami apa yang dikatakannya.
Ketika mendengarkan sebaiknya konselor menunjukkan respon-nya dengan isyarat secara positif, misalnya dengan mengatakan, ‘saya menghargai anda, apa yang anda katakan ini penting, dan apakah anda ingin bercerita lebih lanjut ?
Gunakan kontak mata anda untuk menunjukkan bahwa anda peduli dan mendengarkan dengan baik. Namun, terus menerus menatap orang yang sedang berbicara juga tidak tepat, karena ia akan merasa tidak nyaman. Jangan pula mendengarkan klien dengan membuang muka. Perhatikan pula ekspresi wajah ketika sedang mendengarkan klien berbicara. Tunjukkan perhatian anda dengan ekspresi wajah yang terbuka, menyenangkan sehingga klien merasa anda benar-benar menyimaknya.
Berilah respon pendek. Dengan dengan mengangguk serta dengan kata-kata singkat, seperti ya.. ya.. saya mengerti, ya, aku tahu. Vareasikan antara respon verbal dan non verbal.
Tunjukkan pula bahwa anda memahami apa yang diceritakan klien. Tunjukkan pemahaman anda dengan cara merefleksikan perasaan dan isi pembicaraan. Apakah refleksi itu ? ketika anda berkaca di depan cermin, anda melihat bayangan anda, dan ini memberi informasi penting tentang tubuh anda sendiri. Ketika anda membantu seseorang dan anda melakukan refleksi, anda seperti berdiri di depan cermin. Anda memantulkan terhadap apa yang dikatakan dan dirasakannya.
Contoh refleksi perasaan , ‘kamu  kecewa ?’
Refleksi isi pembicaraan, ‘’kamu berharap orang tuamu menelepon ?’.
Refleksi perasaan dan isi , ‘kamu merasa kecewa karena orang taumu tidak menelepon ?’
Gunakanlah kata-kata anda sendiri ketika merefleksikan perasaan dan isi pembicaraan. Kata-kata yang mengekspresikan perasaan emosional (negatif) ; sedih, binggung, frustasi, tertekan, malas, bersalah, ngeri, khawatir, marah, geram, terganggu, terpuruk, kecewa, gelisah, putus asa, lelah, malu, benci.
Kata-kata yang menunjukkan ekspresi emosional positip ; senang, puas, gembira, bersemangat, bangga, bahagia, terpesona, kagum.
Dalam memberikan refleksi, berilah kesempatan lebih dulu untuk hening sejenak setelah klien berhenti berbicara. Jangan buru-buru memberi refleksi. Barangkali klien masing ingin melanjutkan pembicaraannya.
Manfaat refleksi :
Mendorong seseorang menyadari bahwa anda telah mendengarkan dan memahami apa saja yang dikatakannya.
Memungkinkan seseorang lebih memahami perasaan emosional dan isi pembicarannya.
Mendorong seseorang melanjutkan pembicarannya.
membantu klien merasa lebih baik
Kadang-kadang, klien sudah merasa lega setelah menceritakan masalahnya tanpa merasa perlu melanjutkan proses berikutnya. Pembicaraan yang berhasil berakhir ketika mampu membawa situasi yang menyenangkan, atau paling tidak membuat klien merasa lebih nyaman dari pada sebelumnya.
Konselor yang mampu mendengarkan secara aktif, akan lebih berhasil dalam membantu klien merasa lebih nyaman. Konselor perlu melakukan validasi untuk menunjukkan bahwa sebagai konselor anda paham terhdap apa yang dikatakan klien. Konselor dapat menggunakan kalimat, ‘saya memahami penjelasanmu, saya mengerti apa yang kamu sampaikan, saya dapat memahami perasaanmu, saya bisa membayangkan apa yang sedang kamu alami’
Seringkali konselor menjumpai klien yang tidak mau mengakui perasaannya, bahwa ia membenci seseorang, marah atau sedih. Mereka justru mengatakan hal yang sebaliknya, seperti ‘saya tidak membencinya, saya tidak marah, saya baik-baik saja’…
Dalam situasi seperti ini, konselor bisa memberikan tanggapan dengan mengatakan ;
‘sebenarnya kamu merasa benci, dan menurut pendapatku, kebencianmu itu sah-sah saja…’
‘saya kira kamu benar-benar marah, dan jika aku aku berada dalam keadaan seperti itu, aku mungkin juga akan marah’…
‘sesungguhnya kamu merasa sedih, aku dapat memahami perasaanmu’…
Validasi yang dilakukan oleh konselor adalah sebuah bentuk afirmasi atas perasaan klien yang sebenarnya tetapi klien merasa tidak seharusnya ia merasa seperti itu, atau paling tidak klien merasa tidak ingin diketahui perasaan yang sebenarnya. Dengan validasi konselor ingin menunjukkan kepada klien ‘kamu sah-sah saja jika merasa benci, marah atau kecewa, kamu punya alasan untuk merasa seperti itu…’
Validasi selanjutnya akan mendukung klien untuk mengakui perasaan emosionalnya yang otentik. Jika suatu perasaan dihayati sepenuhnya, ia akan hilang atau berubah menjadi perasaan yang lebih menyenangkan.
memfokus pada inti masalah
Untuk dapat membentu klien memfokuskan pada inti masalah, konselor perlu melakukan langkah-langkah ; merangkum, mengajukan pertanyaan, memberikan pernyataan umpan balik.
Merangkum
Rangkuman berisi bagian-bagian terpenting dari apa yang diceritakan klien dan dirasakan klien. Rangkuman dapat dibuat berkali-kali selama berlangsungnya percakapan. Dengan menyampaikan rangkuman, konselor memperlihatkan kepada klien gambaran yang lebih jelas, sehingga ia dapat lebih fokus pada inti masalahnya.
Mengajukan pertanyaan
Perlu diketahui bahwa tidaklah terlalu penting menggunakan pertanyaan untuk mendorong klien membicarakan masalah-masalahnya. Seringkali penggunaan pertanyaan justru menganggu karena memutus alur pembicaraan. Pertanyaan dapat membelokkan perhatian orang yang dibantu dari masalah-msalah penting yang sesungguhnya dialami.
Oleh karena itu pertanyaan perlu dihemat dan diajukan secara hati-hati. Hindari mengajukan pertanyaan yang tidak penting dan kurang relevan dengan proses konseling. Meskipun kita sudah mendapat kepercayaan dari klien, kita tidak boleh sepenuhnya mengetahui segalanya tentang klien. Jangan sampai konselor bertanya hanya untuk memuaskan rasa ingin tahunya atau karena informasi tersebut sesuai dengan minat konselor.
Perlu diperhatikan pula, bahwa klien mempunyai cara-cara sendiri dalam menyampaikan sesuatu, jadi, biarlah pembicaraan mengalir tanpa harus konselor sering menginterupsinya dengan pertanyaan.
Ajukan pertanyaan sesedikit mungkin, utamakan pertanyaan yang benar-benar bermanfaat. Jika terlalu banyak pertanyaan, proses konseling akan berubah menjadi wawancara atau bahkan mirip interogasi. Jika terlanjur memberondong klien dengan banyak pertanyaan, mundurlah, dan lakukan refleksi.
Pertanyaan yang bermanfaat adalah pertanyaan yang membantu klien fokus pada inti masalahnya, membantu melanjutkan ceritanya, membantunya lebih memahami masalah yang dihadapi.
Contoh ;
‘saya perhatikan beberapa kali kamu sering bicara mengenai hubunganmu dengan teman sekelasmu Susi. Maukah kamu bercerita lebih lanjut tentang soal ini ?,
‘masih ada lagi yang mau kamu ceritakan ?
jika ingin mengajukan pertanyaan, sebaiknya konselor menggunakan pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka akan mengajak klien berbicara secara lebih bebas dan memberikan jawaban yang lebih luas. Informasi yang tidak diduga dapat diperoleh jika kita menggunakan pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka juga mendorong orang untuk mengembangkan jawaban dan melanjutkan pembicaraan.
Sebaliknya pertanyaan tertutup hanya membuka jawaban yang singkat dan pendek, seperti ya atau tidak, sehingga tidak diperoleh informasi yang lengkap. Bandingkah pertanyaan , apakah kamu menyukai kegiatan kursusmu ? dengan pertanyaan, ‘bagaimana kursusmu ?
Pertanyaan ‘mengapa’ sebaiknya tidak digunakan karena tidak banyak manfaatnya, bahkan cenderung menghakimi klien. Misalnya ‘mengapa kamu tidak naik kelas ?. selain itu pertanyaan mengapa juga dapat membelokan  ke dalam percakapan tentang masa lalunya, dari pada masalah-masalah yang menganggunya sekarang ini.
Contoh pertanyaan terbuka ;
Bagaimana perasaan kamu sekarang ?
Apa yang kamu rasakan sekarang ?
Pilihan-pilihan apa yang kamu miliki sekarang ?
Berikan pertanyaan umpan balik, supaya klien tetap fokus pada inti masalah. Contoh ;
Tampaknya kamu menghadapi kesulitan untuk menjelaskannya ?
Kamu tampak tertekan !
Agaknya terlalu sulit bagimu untuk membuat keputusan!
Pertanyaan umpan balik tersebut akan mendorong klien berhenti sejenak, kemudian mendorongnya berpikir dan kembali fokus pada msalahnya.
menggali beragam solusi dan memecahkan masalah
Solusi harus sesuai dengan orang yang mempunyai masalah. Konselor sebaiknya tidak memberikan solusi-solusi kepada kleinnya, konselor seharusnya menghargai kemampuan klien untuk menemukan solusinya sendiri. Hargailah hak klien untuk menentukan pilihan-pilihannya sendiri.
Apabila klien memilih solusi yang secara jelas mempunyai dampak negatif (menganggu dirinya dan orang lain), konselor mempunyai tanggung jawab untuk mengingatkannya.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan konselor untuk membantu klien menemukan solusinya, yaitu :
Memberi klien waktu yang memadai untuk merumuskan beberapa alternatif pemecahan masalah.
Mendorong klien menilai alternatif-alternatif tersebut dengan berbagai konsekuensinya.
Mengajukan pertanyaan yang secara khusus membentunya untuk memilih solusi yang terbaik.
Pertanyaan-pertanyaan yang bisa diajukan oleh konselor untuk mendorong klien menemukan pemecahan masalah ;
Saya belum tahu bagaimana mengatasinya, apakah kamu punya ide ?
Saya kira yang penting adalah bahwa apapun keputusannya, harus cocok denganmu. Apa alternatif-alternatifnya ?
Saya dapat membantumu mendiskusikan beberapa alternatif jika kamu anggap ini akan berguna bagimu !
Apa pilihan lainnya ?
Apakah ada hal lain yang dapat kamu lakukan ?
Apakah ada cara lain ?
Dapatkan kamu bayangkan apa yang akan terjadi jika kamu memilih alternatif yang pertama ?
Bagaimana perasaanmu jika kamu memilih alternatif itu ?
Apa keuntungan dan kerugiannya jika memilih alternatif itu ?
Apa yang akan kamu peroleh jika kamu melakukannya ?
Apa kerugiannya jika kamu melakukannya ?
Ketrampilan Berkomunikasi Secara Non Verbal
Kontak mata : mata menunjukkan kondisi emosi kita. Melalui kontak mata tunjukkan keinginan untuk berbicara, menyimak dan mendengarkan.
Ekspresi wajah ; jangan terkesan kita seperti sedang meneliti, atau malah sedang berpikir soal lain, atau menyalahkan  klien. Tunjukkan wajah yang bersahabat dengan tersenyum, menganggukan kepala.Jangan mengeryitkan dahi, menggelengkan kepala, atau bermuka masam atau bahkan merah menahan marah, menggetarkan bibir.
Posisi tubuh : jangan dalam posisi saling berhadap-hadapan, karena anda akan kelihatan agresif,  duduklah dalam posisi agak menyerong, agar nyaman dalam berkomunikasi. Meja akan membuat jarak, komunikasi tidak terbuka, pekerja sosial akan terlihat lebih superior. Klien butuh posisi yang aman dan nyaman. Sesuaikan jarak tempat duduk anda dengan klien, perhatikan apakah klien merasa nyaman jika anda mendekat atau bagaimana responnya jika anda terlalu jauh.
Gerakan tangan ; ini juga seringkali menyatakan emosi seseorang. Menyilangkan tangan, meletakkan tangan di tengkuk, badan yang kelihatan kaku mengekspresikan sikap defensif. Letakkan tangan di samping (pertimbangkan budaya setempat), sehingga akan terasa lebih terbuka. Mengepalkan tangan menunjukkan kemarahan atau kecemasan. Mempermainkan jari-jari tangan, memijit-mijit, menunjukkan seseorang sedang gugup.
Pakaian dan Penampilan ; penampilan kita menunjukkan siapa diri kita. Penampilan yang baik akan mengesankan bahwa kita orang yang profesional dan bertanggung jawab. Perhatikan pakaian yang ada kenakan, ketika sedang menghadapi nak-anak, remaja, dan dengan orang dewasa.

Tidak ada komentar: